Perjalanan itu seyogyanya dinikmati. Lahir, menjadi anak-anak, remaja, dewasa, menua dan tiada. Begitupula perjalanan spiritual. Lelaku setiap orang pasti memiliki cara dan langkah menuju kepadaNYA. Setiap manusia memiliki dan memilih jalannya sendiri.
Di kala kecil kita dilahirkan dengan Agama dan isme turunan dari orang tua tanpa bisa memahami apa yang sebenarnya harus dipahami. Karena keterbatasan pikiran pada usia anak-anak. Kemudian dewasa menjadi pribadi yang lebih kritis. Religius dalam tingkatan yang berbeda, tentunya dibandingkan ketika masih anak-anak.
Puasa menjadi bagian dari perjalanan panjang spiritual manusia. Menahan lapar dan haus, akan tetapi mendapatkan Journey/lelaku yang berbeda. Maka saya selalu merasa Puasa sebagai kawah candradimuka bagi setiap orang. Ada yang berhasil sehingga menjadi Gatotkaca setelahnya, atau gagal dan mati.
Puasa sebagai kawah candradimuka merupakan proses, journey. Maka ia bisa menghasilkan yang baik dan kurang baik. Yang Maha Membolak-balikkan Hati. Maka saya amat setuju dengan tulisan Puasa, Pause?. Seharusnya puasa menjadi Play bukan Pause.
Akhir dari sebuah perjalanan ialah kembali fitri, kembali ke ftrah manusia. Bukan berarti perjalanannya selesai. Justru masih (sangat) panjang. Memulai dengan sepiritualitas yang lebih baik. Jalan panjang kepadaNYA. Sampai pada akhir hayat, berpulang. Senja.
Selamat menikmati hari nan fitri. 1445H.